Berikut adalah cerita Masa kecil seorang Ahmad Bustomi,
terlahir di Jombang, 25 tahun yang lalu. Kedua orang tuanya, Jumari dan
Sumiati mencari nafkah dengan membuka bengkel cat mobil.
Keluarga
Bustomi tidak memiliki akar sepakbola. Namun dalam dirinya sudah ada
ketertarikan yang besar pada si kulit bundar. Sejak usia 11 bulan,
Bustomi sudah lancar menendang-nendang bola.
Ketika
memasuki Sekolah Menengah Pertama, Bustomi meminta kedua orang tuanya
memasukkannya ke sekolah sepakbola. Keinginan itu direspon positif oleh
kedua orang tuanya. Karena buta dengan dunia sepakbola, kedua orang
tuanya meminta Bustomi memilih sendiri sekolah sepakbola yang
disukainya.
Akhirnya
Bustomi menjatuhkan pilihannya pada SSB Unibraw 82. Setiap minggu, sang
ayah, Jumari, dengan setia mengantar anaknya berlatih di sekolah
sepakbola tersebut. Bakat Bustomi pun terasah di sekolah tersebut. Tidak
hanya itu, dirinya juga berkesempatan membela Unibraw 82 mengikuti
turnamen junior. Bustomi menjadi pemain inti kala itu.
Setelah
itu, gerbang kesuksesan Bustomi terbuka. Dirinya terpilih untuk masuk
ke dalam tim junior klub Persema. Tim sepakbola elit kota Apel ini
memang menjadi klub bola favorit Bustomi sejak kecil.
Namun
sebelum sampai ke gerbang tersebut, keputusasaan pernah bergelayut di
benak Bustomi. Ceritanya, dia mengalami cedera berat dan gagal terpilih
menjadi pemain terbaik dalam laga Piala Jawa Pos bersama Unibraw.
Jegalan keras pemain lawan membuat Bustomi tidak dapat melanjutkan
pertandingan dan harus berjalan terpincang-pincang beberapa saat
setelahnya.
Bustomi
jadi malas berlatih, ia kecewa dengan dirinya sendiri. Namun sang ayah
mendorongnya agar terus mengejar mimpinya. Ia tahu, Bustomi mencintai
sepakbola dan berbakat di bidang tersebut. Setelah dinasihati sang ayah,
perlahan Bustomi bangkit kembali. Setelah sembuh dari cedera, setiap
hari pria yang akrab disapa Cimot ini berlari menempuh jarak 11 kilo
untuk menambah staminanya.
Karir
Bustomi semakin meningkat sejak bergabung di Persema junior. Ketika
berusia 16 tahun, ia direkrut bergabung dalam tim Persatuan Sepakbola
Kota Batu. Saat itu ia masih duduk di bangku SMU.
Bakat
Bustomi di lapangan hijau di usia semuda itu membuat dirinya menarik
minat sejumlah klub. Salah satunya Persema Malang. Bustomi pun
berkesempatan kembali mengikuti seleksi untuk tim tersebut. Namun kali
ini di jenjang senior, dengan kontrak untuk menjadi pemain tetap.
Hal
tersebut sempat sedikit terhambat oleh keadaan ekonomi keluarga Bustomi
yang pas-pasan. Bustomi hampir batal mengikuti seleksi Persema karena
sepatu bolanya rusak. Namun dukungan dari kedua orang tuanya tak
berhenti demi cita-cita anaknya. Mereka menjual perhiasan demi
membelikan sepatu bola baru bagi sang anak. Sang anak membayar dengan
lolos dari seleksi tersebut dan menjadi pemain inti di Persema.
Bustomi
membela Persema selama 3 musim, yakni dari tahun 2005 hingga 2008.
Penampilannya yang gemilang membuat dirinya terpanggil membela timnas
U23 di Sea Games tahun 2007.
Namun
Bustomi baru benar-benar bersinar setelah pindah ke Arema Malang. Klub
rival sekota Persema tersebut memang memiliki gengsi yang lebih besar,
namun permainan individu Bustomi lah yang berperan membuat namanya
terangkat.
Kini,
Bustomi menjadi andalan lini tengah timnas Indonesia senior. Sayang
usaha mengangkat trofi Internasional pertamanya gagal terwujud sekarang,
semoga untuk kedepannya dia mampu untuk mewujudkan itu semua. Bustomi
memang pemain bertipe jangkar. Namun bukan sebagai perusak yang hanya
merebut bola dari lawan. Bustomi memiliki kemampuan alami untuk menjadi
pengatur ritem permainan. Layaknya konduktor ia berkerja memaksimalkan
aliran bola rekan-rekannya dari belakang ke depan dan memutuskan alur
serangan lawan. Bustomi pintar mencari ruang kosong, lugas dalam
melakukan tekanan, memiliki stamina ‘badak’ dan umpan-umpan terukur nan
akurat. Peran sentral Bustomi yang demikian baru ditemukan lagi pada
tahun ini. Aksinya mengingatkan orang akan legenda Indonesia Bima Sakti
dan pemain andalan Italia, Andrea Pirlo. Tanpa Bustomi, mungkin
Indonesia akan kebobolan lebih dari dua gol dalam lima pertandingan
terakhirnya.
Meskipun
tidak menjadi pusat perhatian media, namun Bustomi jelas menjadi
tumpuan rekan-rekannya di timnas. Bila permainannya terus stabil,
Indonesia akan punya pemain andalan di masa depan untuk bersaing di
level Asia. Majulah garudaku, majulah Bustomiku..!!Ini adalah Fotonya.. ( bukan foto bustomi kecil tetapi foto bustomi yang sudah dewasa..:D )